Jumat, 17 September 2010

Resume buku metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif, Bambang Subagyo

Bagian I: Konsep-Konsep Dasar
Pasal 1: Arti dan Fungsi Penelitian
Selama ratusan tahun orang beranggapan bahwa penelitian ialah penyelidikan secara obyektif, yaitu lawan dari penyelidikan naïf. Sekarang arti penelitian itu bergantung kepada paradigmanya, yaitu seperangkat asumsi dan proposisi atau perangkat aksioma (prinsip atau aturan yang telah ditetapkan) yang dipegang oleh pemberi arti penelitian itu.
Penelitian Menurut Paradigma Positivis
Aksioma dari paradigm ini adalah bahwa realitas atau kenyataan dan apa yang benar itu tunggal, konkret, dan dapat dibagi-bagi; hubungan antara yang mengetahui dengan yang diketahui terlepas satu dengan yang lain terlepas; generalisasi yang bebas dari waktu dan konteks dapat dilakukan; hubungan sebab akibat dapat dipastikan karena ada penyebab yang nyata; dan nilai tidak berperan karena penelitian itu bebas nilai.
Penelitian Menurut Paradigma Post-Positivis
Aksioma dari paradigm Post-Positivis adalah bahwa realitas yang benar itu lebih dari satu, merupakan hasil bentukan, dan holistik; hubungan antara yang mengetahui dan diketahui tidak terpisahkan dan interaktif; tidak mungkin melakukan generalisasi yang bebas waktu dan konteks, dan hipotesis yang dapat dibuat hanyalah yang terikat waktu dan konteks; tidak ada sebab yang sebenarnya karena semua entitas dalam keadaan secara serempak saling membentuk, serta penelitian itu terikat pada nilai.
Penelitian Teologi dan Keagamaan: Positivis atau Post-Positivis?
Teologi dan ilmu keagamaan tidak sepenuhnya dapat mendasarkan penelitiannya pada paradigm post-positivis karena penerapan penerapan paradigma itu secara tidak kritis berarti relativisme dan secara ekstrim berarti nihilisme. Paradigma positivis pun tidak dapat diterapkan sepenuhnya karena objek penelitiannya tidak sama dengan objek penelitian sains. Penerapan secara tidak kritis dalam bidang teologi dan keagamaan berarti saintisme dan objektivisme. Penelitian teologi dan keagamaan harus menerapkan keduanya secara kritis sesuai dengan filsafatnya.
Fungsi Penelitian
Fungsi penelitian bergantung pada paradigmanya. Dari paradigm positivis tampak bahwa penelitian berfungsi untuk menyediakan prinsip-prinsip umum, menetapkan fakta, meningkatkan pengetahuan dan pengertian, mendapatkan atau menafsirkan dengan lebih baik, memecahkan masalah yang membingungkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya tidak terjawab, serta menyediakan teori. Menurut paradigma post-positivis penelitian berfungsi menyediakan kebenaran yang tepat, menyediakan informasi yang autentik.
Sedangkan fungsi penelitian menurut paradigm iman Alkitabiah ialah untuk menyediakan kebanaran. Kebenaran itu sendiri bukan saja kebenaran yang dapat diperoleh melalui penelitian dengan paradigm positivis, melainkan juga mencakup kebenaran yang diwahyukan. Kebenaran yang mencakup itu bisa menyingkirkan kebenaran yang diperoleh melalui penelitian dengan paradigm post-positivis karena mencakup kebenaran mutlak, di samping mengakui kebenaran-kebenaran yang relatif. Penelitian dengan paradigm iman Alkitabiah juga menyediakan petunjuk praktik yang bermanfaat bagi keperluan manusia sebagai kerangka acuan mengenai keperluan mereka sendiri.

Pasal 2: Ancangan dan Rancangan Penelitian
Dalam pengertian yang paling dasar, melakukan penelitian adalah melakukan tindakan-tindakan untuk menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Tindakan-tindakan itu, antara lain meliputi pengumpulan, analisis, dan penafsiran data. Namun, tindakan-tindakan penelitian itu tidak selalu sama, bergantung kepada rancangan penelitian dan ancangannya.
Ancangan Penelitian
Sesuai dengan paradigma penelitian dalam pasal sebelumnya ada dua ancangan penelitian yang dapat dipilih, yaitu ancangan positivis dan ancangan naturalis.
Ancangan Positivis (Kuantitatif)
Penelitian positivis bersandar pada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis data untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Langkah-langkah penelitian menurut ancangan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pengembangan hipotesis berdasarkan teori tentang sesuatu; (2) Pengujian hipotesis berdasarkan data yang dapat diamati dan diukur; (3) Penerimaan dan penolakan hipotesis; (4) Pengambilan keputusan mengenai teori setelah cukup banyak penelitian.
Ancangan Naturalis (Kualitatif)
Penelitian naturalis bersandar pada metode kualitatif dan deskriptif untuk mengumpulkan data, menghasilkan hipotesis, dan simpulan umum sebagai bagian dari prosesnya. Kata kualitatif sendiri menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak secara ketat diperiksa atau diukur dari segi jumlah, intensitas, dan frekuensinya, tetapi menekankan sifat realitas yang disusun secara social, hubungan antara peneliti dengan yang diteliti, dan pembatasan situasional yang membentuk penelitian.
Proses riset kualitatif dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Dimulai dari tahap refleksi; (2) Tahap perencanaan yang mencakup pemilihan lokasi dan strategi penelitian yang menetapkan rancangan dan strategi penelitian yang akan dipakai; (3) Tahap pembuka, yaitu memasuki tempat penelitian dan memperoleh persetujuan dari partisipan; (4) Tahap pengumpulan data yang produktif; (5) Tahap penarikan diri dari lapangan dan penulisan. Tahap ini berhubungan dengan seni penafsiran dan penyajian.
Ancangan yang Mana?
Rothery mengatakan bahwa penelitian positivis mungkin cocok untuk ilmu yang sudah matang, seperti fisika dan kimia, tetapi terlalu terbatas untuk ilmu lainnya. Memang ancangan positivis tidak dapat dipakai untuk semua jenis objek penelitian dalam bidang teologi dan keagamaan. Oleh sebab itu, dalam bidang tersebut, ancangan naturalis juga harus dipakai. Untuk itu, peneliti harus mempertimbangkan kedua ancangan tersebut, mana yang lebih sesuai dan mana yang akan dipakai dalam penelitian.
Rancangan Penelitian
Dalam pengertian luas rancangan penelitian menunjuk pada semua prosedur yang dipilih oleh peneliti untuk menyelidiki sekumpulan pertanyaan atau hipotesis. Rancangan penelitian dengan ancangan yang satu berbeda dengan rancangan penelitian dengan ancangan yang lainnya. Semua rancangan penelitian mengacu pada masalah penelitian. Masalah itu sendiri dapat berhubungan dengan penjelasan, hubungan, atau peramalan.
Dalam penelitian ilmu social, Sproull mengemukakan empat macam rancangan penelitian yang sesuai dengan metode yang digunakan adalah eksperimental sejati, kuasi-eksperimental, bukan-eksperimental, dan kesejarahan.

Pasal 3: Penelitian Eksperimental dan Kuasi-Eksperimental
Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental adalah penelitian dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) Peneliti dapat mengubah sendiri tingkatan sebuah variable, bukan menyesuaikan diri dengan tingkat variabel yang muncul secara alami; (2) Dalam eksperimen, kelompok subjek eksperimen yang menerima treatment dibandingkan dengan kelompok lain yang sebanding, tetapi tidak mendapatkan treatment. Kelompok yang terakhir itu dinamakan kelompok pengendali (pengawas); (3) Peneliti harus dapat mengelompokkan subjek secara acak dalam kelompok eksperimental dan kelompok pengendali; (4) Peneliti mencoba memastikan bahwa tidak ada perbedaan treatment sistemik yang muncul diantara kelompok percobaan dan kelompok pengendali (kecuali dalam hal variabel bebas).
Penelitian Kuasi-Eksperimental
Pengendalian pada penelitian dengan strategi kuasi-eksperimental tidak sepenuh penelitian dengan strategi eksperimental sejati. Ada yang mengatakan bahwa rancangan kuasi-eksperimental berada di antara rancangan eksperimental sejati dan rancangan korelasional. Variabel bebas mungkin muncul secara alami, tetapi kadang-kadang peneliti bisa mengaturnya.
Penerapan di Bidang Teologi dan Keagamaan
Keputusan untuk memakai rancangan eksperimental dalam studi keagamaan perlu didahului dengan pertimbangan ekstra ketat mengenai etika atau etis tidaknya mengenakan atau tidak mengenakan variabel bebas pada kelompok percobaan dan kelompok pengendali. Penafsirannya pun harus ekstra hati-hati karena variabel bebas di luar variabel percobaan, termasuk yang bersifat misteri, tidak dapat secara penuh, bahkan tidak dapat diawasi sama sekali.

Pasal 4: Penelitian Kuantitatif Bukan-Eksperimental
Jenis penelitian dengan rancangan kuantitatif bukan eksperimental begitu beragam. Penggolongan jenis-jenisnya dapat dilihat dari berbagai segi, misalnya dari tujuan secara umum dan khusus atau dari variabel bebasnya. Yang termasuk penelitian ini adalah: (1) Penelitian Survei; (2) Pengamatan Penelitian Sistematik; (3) Analisis Isi; (4) Penelitian Kausal Komparatif ; (5) Penelitian Korelasional; (6) Penelitian untuk Prakiraan; (7) Penelitian Evaluasi; (6) Penelitian dan Pengembangan

Pasal 5: Penelitian Kualitatif Bukan-Eksperimental
Penelitian Kualitatif Ilmu Sosial dan Humaniora
Yang termasuk dalam penelitian ini adalah (1) Grounded theory; (2) Etnografi; (3) Fenomenologi; (4) Studi Kasus; (5) Hermeneutik.
Beberapa Penelitian Kualitatif Lain dalam Ilmu Sosial
Yang termasuk dalam penelitian ini adalah: (1) Penelitian dengan Metode Biografi; (2) Penelitian Partisipatif; (3) Penelitian Klinis.
Riset Teologi Biblika
Yang dimaksud dengan riset teologi biblika dalam buku ini mencakup teologi eksegesis dan kajian Alkitab. Teologi eksegesis berupaya memahami makna teks, sedangkan kajian Alkitab berupaya menyelidiki Alkitab dan bagian-bagiannya sebagai teks. Yang termasuk dalam riset teologi biblika adalah: (1) Penerjemahan; (2) Kritik Teks; (3) Kritik sumber; (4) kritik bentuk; (5) Kritik redaksi; (6) Kritik retorik; (7) Kritik naratif.
Beberapa Kritik Kesusastraan Lain
Beberapa kritik kesustraan lain yaitu: (1) Strukturalisme, adalah ancangan multidisipliner yang muncul dari linguistic; (2) Kritik tanggapan pembaca adalah suatu ancangan pragmatic terhadap kritik yang memusatkan perhatian pada peran pembaca; (3) Kritik dekonstruktif ialah strategi membaca yang fleksibel dan inventif yang berupaya menyoroti aspek-aspek bermasalah dalam teks yang cenderung dikesampingkan dalam pembacaan biasa. Berikut ini adalah materi yang termasuk kritik kesusastraan lainnya: (1) Kritik Feminisme; (2) Kritik Sosial.
Penyelidikan Alkitab
Penyelidikan Alkitab dapat memanfaatkan kritik-kritik yang telah dibahas. Kritik tersebut dapat menghasilkan kebenaran Alkitab yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan maksud Alkitab sebagai tulisan suci.
Penelitian Teologi dan Filsafat Agama
Dari segi sikap terhadap semua kritik, teologi dapat dibedakan sebagai: Teologi prakritis, teologi kritis, teologi kontrakristis, dan teologi pascakritis. Dari segi gaya, teologi dapat dibedakan sebagai: Teologi proposisionalis-koqnitif, teologi eksperiensial-ekspresif, dan teologi cultural linguistic. Yang termasuk penelitian teologi dan filsafat agama adalah: (1) Penelitian Teologi Sistematik; (2) Penelitian Teologi Praktika dan Pastoral; (3) Studi Kasus Pastoral; (4) Penelitian Filsafat Agama
Buku ini tidak beranggapan bahwa teologi kontekstual adalah teologi yang dihasilkan melalui rancangan penelitian yang telah dibahas sebelumnya. Seharusnya teologi itu kontekstual sehingga tidak perlu ada pengkontektualisasian teologi. Untuk itu dalam melaksanakan prosedur penelitian, teologi yang dihasilkan harus diupayakan agar kontekstual.

Pasal 6
Penelitian Kesejarahan
Borg dan Gall mendefinisikan penelitian sejarah sebagai pencarian sistematis mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan pertanyaan tentang masa lampau dan penafsiran fakta. Penelitian kesejarahan penting dalam teologi dan ilmu keagamaan. Dengan penelitian tersebut, orang dapat belajar dari kekeliruan-kekeliruan dan penemuan-penemuan di masa lampau. Dalam penelitian sejarah, sumber data dapat berupa benda peninggalan, dokumen, dan orang. Secara terperinci langkah-langkah dalam penelitian kesejarahan adalah: (1) Menetapkan masalah atau pertanyaan untuk diselidiki; (2) Mencari sumber-sumber fakta sejarah; (3) Meringkas data kuantitatif dan menilai sumber sejarah; (4) Menyajikan fakta yang cocok dalam kerangka yang bersifat penafsiran; (4) Menyajikan fakta yang cocok dengan kerangka yang bersifat penafsiran.



Bagian II: Proposal
Pasal 7: Masalah
Pernyataan Masalah
Untuk membuat pernyataan masalah, masalah penelitian harus didapatkan lebih dahulu. Berdasarkan masalah itu, peneliti dapat menulis paragraph-paragraf yang menyatakan masalah penelitiannya. Masalah adalah pengalaman ketika kita menghadapi situasi yang tidak memuaskan.
Kata Pendahuluan
Kata pendahuluan berfungsi memberikan latar belakag permasalahan dan mengantarkan pembaca ke pernyataan masalah penelitian. Untuk itu, peneliti perlu bertolak dari bidang permasalahan ke pokok permasalahan yang telah dibatasi ruang lingkupnya, dan yang telah dihadapkan dengan konsep atau variabel tertentu.
Penjelasan Istilah
Pernyataan masalah perlu diikuti dengan penjelasan istilah-istilah yang tercakup di dalamnya. Tidak semua istilah perlu dijelaskan dan tidak perlu dijelaskan sampai pada tingkat kejelasan yang sama. Istilah yang perlu dijelaskan adalah yang pokok. Istilah yang sudah jelas artinya, umum dipakai, kata sambung dan kata bantu tidak perlu dijelaskan.
Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian
Hipotesis ialah pernyataan deklaratif yang menunjukkan adanya kemungkinan hubungan tertentu diantara dua atau lebih variabel yang dapat diuji. Walaupun penelitian dengan hipotesis mengizinkan simpulan penelitian yang lebih kuat dan meyakinkan daripada penelitian dengan pertanyaan penelitian, peneliti tidak selalu dapat selalu memakai hipotesis.
Tinjauan Kepustakaan: Penemuan yang Terkait
Penelitian tidak berlangsung dalam kekosongan. seorang peneliti tidak menganggap diri sebagai seseorang yang melakukan sesuatu yang sama sekali baru. Kenyataan tersebut tidak boleh diabaikan oleh peneliti. Sebaliknya, peneliti harus memerhatikan dengan meninjau dan memadukannya. Hal itulah yang membentuk bagian proposal yang disebut sintesis kepustakaan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah keinginan eksplisit peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara tertentu untuk menjawab pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebagai sasaran penelitian.


Kepentingan dan Alasan Penelitian
Dari bahasan sebelumnya, peneliti telah banyak mengetahui latar belakang masalah penelitian. Latar belakang itu mungkin didapat dari sumber-sumber masalah penelitian ketika peneliti membuat pernyataan pendahuluan yang membimbing pada masalah penelitian. Mungkin juga hal itu diketahui peneliti, terutama, dari tinjauan kepustakaan. Semuanya itu menjadi dasar bagi peneliti untuk menyatakan kepentingan dan alasan penelitian.

Pasal 8: Metode
Rancangan Penelitian
Prosedur penelitian ditentukan oleh rancangan penelitian. Oleh sebab itu, di dalam “metode”, rancangan penelitian dan variasinya yang akan dilaksanakan harus dijelaskan, termasuk metode atau strategi yang akan digunakan beserta alasan pemilihannya. selain itu, perlu ditentukan rancangan penelitian umum dan khusus, yang dibatasi oleh banyak factor, termasuk paradigm yang diyakini, ancangan yang diambil, masalah penelitian, sumber daya, pembatasan, dan keterbatasan.
Populasi dan sampling
Dalam penelitian kualitatif, populasi dan sampling tidak ada. Yang ada adalah tempat penelitian atau partisipan. Populasi ialah semua anggota kelompok unsur tertentu, seperti orang-orang, kejadian-kejadian, atau benda-benda. Dari segi hasil penelitian, populasi ialah kelompok terbesar yang dipakai peneliti agar hasil penelitiannya dianggap berlaku. Namun jika populasi terlalu besar maka penelitian dapat menggunakan sampel.
Pengumpulan Data, Keterbatasan, dan Anggapan Dasar
Data adalah dasar untuk memecahkan masalah penelitian. Data harus dikumpulkan dengan cara dan alat tertentu serta mengikuti prosedur tertentu. Metode pengumpulan data ada 4 macam yaitu: Wawancara, administrasi instrument, observasi/pengamatan, serta pemeriksaan dokumen-dokumen tertulis, benda-benda, dan artefak. Sedangkan yang dimaksud dengan keterbatasan ialah pembatasan dari luar (di luar pengendalian peneliti), yang mengurangi kemampuannya untuk menarik simpulan umum. dan Anggapan dasar adalah pernyataan tentang sesuatu yang diterima begitu saja sebagai kebenaran tanpa mempersoalkan bukti-bukti atau yang menjadi dasar dari keputusan-keputusan.

Pasal 9: Analisis
Bagian ketiga dari usulan penelitian adalah analisis. Bagian itu meliputi uraian mengenai jenis analisis data yang akan dilakukan dan alasan pemilihannya, rencana penyajian data, prosedur analisis dan penyajian hasil analisis, ketentuan-ketentuan mengenai penafsiran hasil analisis, dan evaluasi.
Jenis Analisis Data
Peneliti harus memilih jenis analisis data yang akan dipakai, statistikal atau bukan-statistikal.
Analisis data Kuantitatif
Peneliti harus menentukan analisis statistik mana yang akan dipakai jika menggunakan analisis statistik. Hal tersebut, pertama-tama, ditentukan oleh tingkat pengukuran yang akan dilakukan atau jenis data yang dikumpulkan. Ada empat tingkat pengukuran yang mungkin dilakukan dalam penelitian, yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio.
Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif erat hubungannya dengan pengumpulan data (pengelolaan data, termasuk penyimpanan dan pengeluaran yang efektif untuk tujuan penelitian). Bahkan, ada analisis penelitian kualitatif yang dilakukan bersama dengan pengumpulan data, misalnya dalam penelitian teori grounded. Dalam penelitian semacam itu, analisis data dilakukan sebagai kegiatan serempak dengan pengumpulan data.
Penyajian Data
Dalam bagian penyajian data, perlu dijelaskan bagaimana cara mempersiapkan data agar dapat dianalisis, cara mengatur data, dan cara menggambarkannya. Jadi, dalam bagian usulan penelitian, bagan, table, grafik, dan gambar yang akan dipakai untuk menggambarkan data yang terkumpul dan telah diatur tersebut harus dijelaskan.
Prosedur Analisis Data dan Uji Hipotesis
Pada analisis data tanpa statistik, bagaimana langkah-langkah yang akan diambil, pedoman apa yang akan diikuti dalam memilah-milah informasi yang terkumpul sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan bagaimana informasi itu diatur sehingga menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, perlu dijelaskan. Dengan kata lain, langkah-langkah untuk mendapatkan dasar penafsiran dengan cara yang telah ditetapkan pada bagian “analisis data” dan prosedur analisis data yang melekat pada rancangan kualitatif tertentu perlu dijelaskan.
Penafsiran dan Evaluasi
Pada bagian penafsiran dan evaluasi, penulis menjelaskan cara penafsiran yang telah ditentukan dan akan dilakukan. Dengan kata lain, penarikan simpulan yang akan dikenakan pada subjek atau objek penelitian berdasarkan hasil analisis subproses kedua atas data harus dijelaskan.

Pasal 10: Perencanaan Waktu Pelaksanaan, Unsur Lain, dan Penulisan Proposal
Rencana Waktu Pelaksanaan Penelitian
Dalam rencana waktu pelaksanaa penelitian dan penulisan laporan penelitian, perkiraan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan setiap tahap penelitian dan penulisan laporan harus realistis.
Halaman Depan dan Bahan Acuan
Unsur lain dalam proposal penelitian adalah halaman-halaman depan dan bahan acuan, yang terdiri atas halaman judul, daftar isi, daftar table (jika ada), dan daftar ilustrasi (jika ada). Semua itu harus disesuaikan dengan pedoman sekolah atau lembaga sponsor yang bersangkutan. Bahan-bahan acuan terdiri atas lampiran, yaitu bahan-bahan yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, misalnya surat-surat pengantar, contoh alat pengumpul data (jika ada), contoh tabel atau bagan untuk penyajian data dan hasil analisis data (jika ada), hasil studi pendahuluan (jika ada). Daftar kepustakaan sementara, termasuk bahan acuan dan harus juga dibuat sesuai ketentuan sekolah atau lembaga sponsor.
Penulisan dan Penyerahan Proposal
Seseorang akan mendapatkan izin dan atau mendapatkan dana untuk melakukan penelitian atau tidak, bergantung kepada seberapa baik proposal yang ditulisnya. Kecakapan menulis perlu dimiliki oleh seorang peneliti karena di samping meneliti, ia harus menggunakan banyak waktu untuk menulis. ia harus menuliskan gagasan-gagasannya, pengertiannya mengenai hasil-hasil riset sebelumnya, dan hasil penelitiannya sendiri. Kedua hal pertama itu tercakup dalam proposal.
Penyajian Proposal Secara Lisan
Bila peneliti harus menyajikan proposal secara lisan, pertama-tama ia harus membuat persiapan, baik isi maupun bahn-bahannya. Mengenai persiapan isi, waktu yang tersedia, orang-orang yang akan menerima penyajian, dan apa yang harus diharapkan dan perlu diketahui oleh mereka dari peneliti, harus dipertimbangkan.

Bagian III: Pelaksanaan dan Pelaporan
Pasal 11: Pelaksanaan Penelitian
Setelah usulan diterima, peneliti kemudian melaksanakan penelitian sesuai dengan usulan tersebut. Dengan kata lain, peneliti menjalankan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam usulan penelitian, yaitu dalam rencana pelaksanaan penelitian.
Etika dan Aturan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti harus menjunjung tinggi etika penelitian yang dipegang oleh masyarakat akademis pada umumnya dan yang dipegang oleh sponsor. Perguruan tinggi mungkin mempunyai standar etika tertentu mengenai penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek, bahkan mungkin mempunyai panitia khusus untuk hal tersebut. Oleh sebab itu, peneliti perlu mendapatkan kepastian mengenai etika tersebut dan dapat mematuhinya.
Langkah-Langkah Pelaksanaan
Pelaksanaan proposal bisa terdiri atas Sembilan langkah. Mengenai alat pengumpul data, hal tersebut mungkin sudah silakukan dalam studi awal sehingga tinggal delapan langkah. Kesembilan langkah tersebut adalah: membuat, memperbaiki, memilih, dan menguji alat. Jika belum dilakukan dalam studi awal, pembuatan, perbaikan, dan pengujicobaan alat pengumpulan data, bila perlu, dapat dimasukkan ke dalam pelaksanaan penelitian.

Pasal 12: Penulisan Laporan Penelitian
Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah menulis laporan penelitian. Dengan demikian, penemuan-penemuan dalam penelitian itu dapat diketahui oleh pihak lain, entah itu para dosen di suatu perguruan tinggi, staf lembaga, atau organisasi sponsor penelitian, masyarakat akademik, masyarakat professional, masyarakat pengusaha, atau masyarakat pada umumnya.
Jenis-Jenis Laporan Penelitian
Laporan penelitian bervariasi sesuai dengan maksud dan sasaran pembuatannya. Laporan penelitian diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu laporan penelitian lengkap, artikel penelitian terpisah, dan laporan ringkas. Masing-masing dapat disesuaikan dengan kelompok pembaca yang dituju.
Laporan Penelitian Historis
Laporan penelitian historis tidak tepat sama dengan laporan penelitian eksperimental dan bukan eksperimental. Tidak ada format baku pada laporan penelitian historis. Masalah dan topik tertentu menentukan bagaimana penyajian penemuan tersebut diatur.
Laporan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Seperti halnya laporan penelitian kesejarahan, laporan penelitian kualitatif tidak sama dengan laporan kuantitatif. Laporan penelitian kualitatif disebut kisah dan laporan penelitian kuantitatif disebut penuturan. Berbeda dengan laporan penelitian kuantitatif yang pasal-pasal laporannya sudah ditentukan lebih dahulu secara konvensional, pasal-pasal pada laporan penelitian kualitatif mengikuti kategori-kategori dalam penelitian itu sendiri. Laporan penelitian kuantitatif membagi pasalnya berdasarkan sistematika intrumentatif, yaitu masalah, tujuan, kerangka teori, data, analisis, dan simpulan, sedangkan laporan penelitian kualitatif membagi pasalnya berdasarkan substansi objeknya.
3 Topik Permasalahan

1. Studi Korelasi Tipe-Tipe Empat Temperamen Dasar Gembala Sidang terhadap Keberhasilan Pelayanan;

2. Penerapan Konsepsi Garam dan Terang Dunia di Dalam Dunia Kerja;

3. Pengaruh Persepsi Orang Kristen Terhadap Orang Muslim dengan Perilaku Memberitakan Injil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar